Pagi Ini, Kita Bangun Lagi
Pagi ini kita bangun.
Mata terbuka. Paru-paru mengembang, mengempis, mengembang lagi. Kaki menyentuh lantai. Dingin. Kita berjalan ke kamar mandi, tangan memutar keran, air mengalir.
Biasa saja.
Seperti kemarin. Seperti ribuan pagi sebelumnya.
Tapi coba berhenti sebentar.
Siapa yang menyuruh jantung kita berdetak 100.000 kali sejak kemarin? Kita tidur, tapi dia tidak. Kita lupa, tapi dia ingat terus untuk berdetak.
Siapa?
Kita tidak pernah bilang "Ya, besok jantungku harus berdetak lagi." Kita tidak pernah mengajukan permohonan untuk bernafas 23.000 kali hari ini.
Tapi tetap saja, kita diberi.
Ada hadits qudsi yang berbunyi:
"Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian semua kelaparan kecuali orang yang Aku beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku akan memberikannya."
Kalian semua kelaparan.
Bukan kemarin. Bukan besok. Sekarang. Detik ini.
Kita hanya tidak merasakannya karena Dia sudah memberikan sebelum kita sempat kelaparan sungguhan. Sebelum perut kita benar-benar kosong, sudah ada nasi di piring. Sebelum tenggorokan kita benar-benar kering, sudah ada air di gelas.
Kita mengira kita punya makanan.
Padahal yang kita punya hanyalah momen diberi makan.
"Wahai hamba-Ku, kalian semua telanjang kecuali orang yang Aku beri pakaian..."
Lihat baju yang kita kenakan sekarang.
Kita membelinya, ya. Uang kita yang keluar dari dompet. Tangan kita yang memilih warna dan ukuran.
Tapi tunggu.
Uang itu dari mana? Dari kerja kita? Baik. Lalu siapa yang memberikan tubuh yang bisa bekerja? Siapa yang memberikan pikiran yang bisa berpikir? Siapa yang memberikan kesempatan ada pintu yang terbuka untuk kita?
Kita menarik benang satu persatu, dan ujungnya selalu sampai di satu nama.
Allah.
Kita tidak telanjang hari ini bukan karena kita hebat mencari nafkah. Tapi karena Dia belum mengambil semua yang Dia pinjamkan.
Lalu yang paling berat:
"Wahai hamba-Ku, kalian semua berbuat kesalahan siang dan malam, dan Aku mengampuni semua dosa, maka mintalah ampunan kepada-Ku niscaya Aku mengampuni."
Dengan semua yang dipinjamkan itu—mata, tangan, waktu, kesempatan—kita masih saja...
Lupa.
Sombong.
Menyakiti.
Melalaikan.
Tadi pagi kita bangun, mata ini yang Dia pinjamkan malah kita pakai untuk melihat aib orang. Mulut ini yang Dia pinjamkan malah kita pakai untuk mengeluh. Hati ini yang Dia titipkan malah kita isi dengan dengki.
Dan malam ini?
Kita masih dibiarkan tidur dengan nyaman. Selimut masih ada. Kasur masih empuk. Jantung masih berdetak.
Dia tidak menarik kembali pinjamannya.
Padahal Dia berhak.
Kita ini lucu, ya.
Merasa punya segalanya, padahal tidak punya apa-apa.
Merasa bisa apa-apa, padahal tidak bisa apa-apa tanpa-Nya.
Merasa berhak marah, padahal Dia yang paling berhak marah pada kita.
Tapi Dia tidak.
Dia hanya bilang: mintalah.
Minta makan, akan Aku beri.
Minta pakaian, akan Aku beri.
Minta ampun, akan Aku ampuni.
Sesederhana itu.
Besok pagi, saat mata kita terbuka lagi—dan itu bukan hal yang pasti—mungkin kita bisa berhenti sebentar.
Sebelum kaki menyentuh lantai.
Sebelum tangan meraih ponsel.
Sebelum pikiran berlari ke daftar kerjaan.
Berhenti.
Dan berbisik:
"Ya Allah, terima kasih untuk satu pagi lagi.
Terima kasih untuk nafas ini.
Terima kasih Engkau belum mengambil semua yang Engkau pinjamkan,
padahal aku telah sembarangan memakainya.
Maafkan aku.
Ajari aku lebih pandai meminjam."
Hari ini, sebelum tidur:
Coba hitung—bukan nikmat besar seperti kesehatan atau keluarga.
Hitung yang kecil. Yang terlupakan:
- Berapa kali kita berkedip tanpa sadar?
- Berapa kali perut mencerna makanan tanpa kita suruh?
- Berapa kali kaki melangkah tanpa kita perlu berpikir "kaki kanan, kaki kiri"?
Tuliskan tiga hal yang hari ini kita anggap biasa, tapi sebenarnya luar biasa.
Lalu bisikkan:
Alhamdulillah.
Bukan karena wajib.
Tapi karena akhirnya... kita sadar.
Referensi Hadits:
Hadits Qudsi yang diriwayatkan dalam Sahih Muslim, Kitab Al-Birr was-Silah wal-Adab, Hadits No. 2577
Untuk membaca lebih lanjut tentang hadits-hadits qudsi dan refleksi spiritual, kunjungi:
- Sunnah.com - Database hadits terpercaya
- Muslim.or.id - Portal Islam Indonesia
Hashtags: #resonansi #resonance #ceritakehidupan #hadistoftheday #renungan #spiritualitas #syukur #alhamdulillah #refleksihidup
